14 September 2010

Oase: Adzan Progresif di Televisi

Oleh : Yahya Zakaria

Ketika senja hampir berlalu, secara kebetulan saya masih termangu di depan kotak ajaib bernama televisi. Seperti biasa, stasiun tv di penguhjung senja, selalu memberikan waktu khusus selama beberapa menit bagi adzan maghrib untuk berkumandang. Tak ada yang beda memang, hanya saja ketika kita menetapkan pilihan pada stasiun TV berlabel TPI ketika adzan maghrib, maka kita kan mendapati visualisasi adzan maghrib yang berbeda dengan stasiun lainnya, visualisai yang unik dan memiliki makna yang tidak dangkal.

TPI lebih memilih visualisasi adzan maghrib dengan memberikan fakta-fakta medis mengenai wudhu dan sholat, dimana kelebihan-kelebihan yang didapat dari wudhu dan sholat secara rasional divisualisaikan. Misal, wudhu mampu meremajakan kulit, lalu sujud mampu memperlancar oksigen, dan lain sebagainya. Adzan maghrib di TPI memberikan fakta secara medis yang sangat masuk akal dari mulai kita wudhu, hingga setiap gerakan solat. Menurut saya, ini terobosan yang unik—meskipun tidak terbilang baru—yang patut diapresiasi, karena biasanya adzan di televisi hanya memvisualisasikan hiruk pikuk masjid, hiruk pikuk kota, aktivitas manusia modern dan pernak-perniknya, tidak lebih. Jemu.


Dengan adanya inovasi dalam visualisasi adzan di TPI, saya pikir itu hal tepat di tengah kencangnya laju modernisasi dalam keseharian masyarakat. Dengan pola modernisasi yang selalu mengedepankan hal-hal masuk akal serta hal yang berdampak langsung bagi individu, maka adzan di TPI sangat tepat, tidak gagap melihat perkembangan masyarakat, sebagaimana stasiun televisi lainnya. Dengan ini, TPI menjadi pionir dalam melakukan pendobrakan terhadap cara-cara lama, yang telah usang dan tak masuk akal. Bayangkan saja, ketika orang yang menonton adzan di TPI setiap hari dan selalu menerima pesan yang sama, maka lambat laun nilai-nilai yang berwujud fakta medis dalam visualisasi adzan tersebut akan terinternalisasi dalam benak masyarakat dan lambat laun akan mengajak masyarakat untuk berpikir bahwa solat secara rutin akan memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh. Hal ini jauh lebih berguna dan bermanfaat ketimbang visualisasi monoton dan sangat ketinggalan zaman.

Lebih jauh lagi, TPI telah melakukan penyatuan antara sains dan ajaran agama, sehingga bukan lagi menjadi hal yang terpisah. Mungkin hal ini yang selalu dinanti masyarakat, ketika sains dan agama salaing mendukung, saling melengkapi, bukan saling menghujat atau mengklaim paling benar. Mitos adanya pemisahan antara sains dan agama yang selama ini berkembang di masyarakat hingga merembes ke media massa telah mampu dihancurkan oleh TPI meskipun hanya beberapa menit. Kemajuan ini menjadi semacam oase di tengah tidak bermutunya siaran televisi yang kerap menjadikan masyarakat terus terkungkung dalam mitos dan teror.

Semoga hal ini terus dilestarikan dan stasiun televisi lain mampu mengikutinya, sehingga masyarakat memiliki sebuah kotak ajaib yang tidak mempertentangkan antara sains dan agama, tetapi justru menyatukan keduanya hingga kita semua terbebas dari belenggu mitos dan kebohongan.

*) Penulis adalah mahasiswa jurusan ilmu politik Univesitas Jenderal Soedirman Purwokerto

3 komentar:

Monyet Liar mengatakan...

Matikan TV mu atau sekalian hancurkan!!

addina prog mengatakan...

iyup kak, emg biasa tapi ada ilmunya juga. jadi kita secara ga langsung disuruh untuk wudhu yg artinya kita diajak sholat lebih rajin lewat fakta itu :D

Joojo mengatakan...

nice post...:) dihini kok link profilnya g bisa dibuka yaa??